HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK KONSEP DASARIPS (S1-PGSD)
KONSEP
PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian IPS
IPS
merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri,
sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin
ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89).
Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies
(NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.
Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum,
sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam
bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu
Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
1.
Ilmu Sosial (Social
Science)
Achmad
Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah
sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial
yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi,
makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut
Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual
yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk.
Nursid
Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku
kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
2.
Studi Sosial (Social Studies).
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan
merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih
merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan
bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang
Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut :
Studi Sosial tidak selalu
bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi
siswa sejak pendidikan dasar, dan
dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan kepada
disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner, dengan
menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu
rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika
dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau
dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada bidang
teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan
masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial
tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis dan
dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat Sekolah
Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda
dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi
Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya
masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah
pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
Studi Sosial sebagai bahan pembelajaran karena sifatnya
lebih mendasar dapat disajikan kepada tingkat yang lebih rendah, sesuai dengan
yang dikemukakan oleh John jaromelik (1977:3-4) sebagai berikut:
Social studies has as its particular mission the task of
helping young people develop comptencies that enable them to deal with, and to
some extent manage, the physical and social forces of the world in which they
live. Such competencies make to possible for pupils to shape their lives in
harmony with those forces. Social studies education should also provide young
people with a feeling of hope in the future and comfidence in their ability to
solve social problems.
3.
Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus
diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama
asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social
Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu
adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum
Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang
mempunyai minat sama.
Definisi
IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS
sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and
humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political
science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world.
Pada
dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu
pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran
Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu
Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi
oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil
pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B.
Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang
studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di
negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan
dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar
setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan
perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Latar
belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika
Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang
menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai
macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih
yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan
di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada
awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah.
Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang
dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat
itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya
kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi
satu bangsa.
Selain
itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar
kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang
multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu
cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum
sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan
penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National
Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies
dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika
Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari
mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di
samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di
Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum
sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini
disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah,
para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan
menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara
seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu
Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal
pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD.
Pertimbangan
lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan
siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar
materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah
dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan
masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar
belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di
Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan,
sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh
Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim
Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam
bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
- Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
- Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
- Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
- Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
- Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah
melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan
Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan
keadaan dan kebutuhan setempat.
C.
Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi
mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa
dapat:
1. Mensistematisasikan
bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2.
Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab.
3.
Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS
atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata
pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD
dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada
haikatnya, pengetahuan Sosial sebagai
suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1.
Siapa diri saya?
2.
Pada masyarakat apa saya berada?
3.
Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
4.
Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
5.
Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam
Pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian,
Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di
masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
BAB
III
HAKIKAT
DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
- Hakikat Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup
bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang
dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan
internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu
dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka
arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini
bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu
tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan
mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya
Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
•
Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai
dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak
begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal
ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih
tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau
Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.
•
Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas
permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh
iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan
sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan
sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah
semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian
lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
•
Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya
persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di
lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha
untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan
biasanya terletak di lembah pegunungan.
Aspek
pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik
Marilah
kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita
pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1.
hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang
proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu
sosiologi.
2.
ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan
permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
3.
psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi.
4.
budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi.
5.
sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari
dalam ilmu sejarah.
6.
geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
manusia dipelajari dalam ilmu geografi.
7.
politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
- Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah
negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai
budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia
sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan
dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan
bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1. mengajarkan konsep-konsep
dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis,
dan psikologis.
2. mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
social.
3. membangun komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. meningkatkan kemampuan
bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara
nasional maupun global.
Sejalan
dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1)
pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan
sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk
lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.
Pengetahuan
dan Pemahaman
Salah
satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman
tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Sikap
belajar
IPS
juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan
belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan
ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk
masa yang akan datang.
Nilai-nilai
sosial dan sikap
Anak
membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting
di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga,
masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap
perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai
teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan pengembangan nilai-nilai
tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia diharapkan memiliki
pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab sosial
yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya, bagi pengembangan kini
dan mendatang. Selanjutnya mari kita jelaskan satu per satu tentang nilai-nilai
tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai
berikut:
a.
Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan
IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih
baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Peningkatan kognitif disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya
pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemempuan
mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi
ang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan,
fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi
sehari-hari.
Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui
pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif,
melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru
perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek kemanusiaan. Melalui pendidikan IPS,
perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial
peserta didik ditingkatkan. Masalh sebagai fakta sosial diprases melalui
berbagai metode dan pendekatan sampai betul-betul membangkitkan kepedulian
serta tanggung jawab peserta didik.
b.
Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak
berarti apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak
memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu,
pokok bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis
belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari
lingkungan terkecil keluarga, di pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan
seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat
usia dan kegiatan peserta didik
sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti
berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permaslahan
kehidupan sehari-hari sampai dengan pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan
pekerjaan sebagai wartawan, pejabat daerah, dan demikian selanjutnya.
Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak
terlepas dari kehidupn sehari-hari, dan secara langsung memiliki nilai praktis
serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini,
terutama untuk masa-masa yang akan datang.
c.
Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya
diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak
hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas,
melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial
dengan yang lain-lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya
ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan
menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan
meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina
serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan
dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi
kehidupan sosial yang berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan
berteori ini sangat berguna serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai
teoretis ini dibina dan dikembangkan.
d.
Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan
keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat
mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk
sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan kesadaran dan
penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga
di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadaran terhadap keberadaannya tadi,
mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing terhadap masyarakat,
bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan kata lain, kemampuan
mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin
dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan
pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang demikian sangat berfaedah
dalam kehidupan bermasyrakat, tidak luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
e.
Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan
sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan
pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir
maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya
Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa yang akan datang. Hal ini wajib
menjadi perhatian Anda dan semua selaku guru IPS bahwa materi dan proses
pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib berlandaskan pada nilai-nilai
ketuhanan.
Keterampilan
dasar IPS
Anak
belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti
dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat,
mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan
menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
BAB IV
KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS
Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial
manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber
utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu
hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu
politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita
mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut
ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek
ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan
kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di
masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.
Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu
memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,,
serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi
warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS
(memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,
serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS
sendiri.
Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981)
menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang
penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya
memuat rincian sebagai berikut.
a)
Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah
sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu),
serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
b)
Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c)
Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated
(berhubungan) sampai yang separated (terpisah).
d)
Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara,
fungsional, humanitis sampai yang struktural.
e)
Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
f)
Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor
saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient
dan citizenship quotient.
g)
Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program
pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science,
teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri
pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran
IPS dalam rangka menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam
proses pembelajaran, baik di Sekolah Dasar maupun Lanjutan.
Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial
guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa
prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987)
yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini.
a. Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta
didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang
berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula.
b. Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak
memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c. Mudah Dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah.
Fakta dan contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta
sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut.
d. Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna
bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya
serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta
masyarakat terdekat pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan,
sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dengan keterlaksanaan proses
pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer atau pengecekan
apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami oleh peserta
didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang telah
ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut sebagai
evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan kulminasi tadi, merupakan
penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau
biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Untuk
membahas lebih jelas tentang karakteristik
IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan
karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Ada
5 macam sumber materi IPS antara lain:
- Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
- Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
- Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
- Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
- Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2.
Strategi Penyampaian
Pembelajaran IPS
Strategi
penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti
ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”
(Mukminan, 1996:5).
Sebutan
Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah
matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai
berikut.
1.
Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak
boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2.
Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian
dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3.
Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut
Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia
sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap
kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki
minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2.
Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan
menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3.
Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka
ingin aktif, belajar, dan berbuat
4.
Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang
seringkali kurang penting/bermakna
5.
Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam
pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat
memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan
merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan
dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat
diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1.
Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a.
Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b.
Suka memuji diri sendiri
c.
Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d.
Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan
dirinya
e.
Suka meremehkan orang lain
2.
Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a.
Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b.
Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c.
Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah.
Menurut
Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit.
Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat
membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang,
peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian
harus dibuat menarik bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar